Mungkin Anda sudah menonton film Di Bawah Lindungan Ka’bah (2011) dan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (2013), dua film yang diangkat dari novel fenomenal karya Buya Hamka.
Namun tahukah Anda bahwa kisah cinta yang bikin baper banyak anak muda itu, ternyata lahir dari tangan seorang sastrawan yang juga ulama kenamaan Indonesia?
Kisah hidup Buya Hamka, seorang Putra Minang yang memiliki banyak kehebatan: ulama, sastrawan, jurnalis, pendidik dan pejuang kemerdekaan, kini diangkat ke layar lebar.
Apa dan bagaimana film dengan masa pembuatan terlama dan biaya produksi tertinggi sepanjang sejarah perfilm Indonesia ini?
Berikut liputan Gala Premiere film Hamka yang diselenggarakan meriah pada Minggu, 9 April 2023.
Bersatunya Masyarakat Minang
Penonton Gala Premiere dengan busana ala Minang. (Foto: Minang Diaspora Network) |
Kegiatan Gala Premiere & Nonton Film Bareng ini merupakan kerjasama antara Falcone Pictures, Gebu Minang, Indojalito Peduli, Forum Minang Maimbau dan Minang Diaspora Network-Global.
Epicentrum XXI, Jl. Rasuna Said, Jakarta Selatan, berdandan cantik. Ditata dengan beragam atribut dan elemen bernada Sumatra Barat serta properti unik yang berkaitan dengan film Buya Hamka.
Yang menarik, undangan mayoritas hadir dengan mengenakan busana khas Minang, Para wanita mengenakan Baju Kurung (atau umum disebut sebagai baju amai-amai) sedangkan prianya mengenakan sarung dan peci.
Cerita Putri dan Cucu Buya Hamka
Gala Premiere diselenggrakan dalam 3 sesi, dari pagi hingga malam.
Sesi pertama pagi hari dibuka dengan taping acara Mata Najwa.
Selain dua pemeran utama Vino G. Bastian (sebagai Buya Hamka) dan Laudya Cynthia Bella (sebagai Sitti Raham, istri Buya Hamka) juga dihadirkan seorang putri Buya Hamka, yakni Azizah Hamka yang kini berusia 84 tahun, namun masih tampak sehat dan seorang cucu perempuan Buya Hamka.
Kepada Najwa, Ibu Azizah berkisah bahwa ayahnya adalah pria yang lebut dan amat penyayang. Ulama yang juga pejuang kemerdekaan ini nama lengkapnya Haji Abdul Malik Karim Amrullah (disingkat Hamka), tidak hanya romantis kepada istrinya, Hamka juga amat penuh kasih sayang kepada anak-anaknya.
“Ayah kalau memanggil anak laki-laki dan perempuan berbeda,” ungkap Ibu Azizah.
Apa bedanya?
“Kalau memanggil anak perempuannya, sangat lembut, tapi kalau memanggil anak laki-laki biasa saja,” ungkapna dengan tawa.
Sementara cerita cucu tercinta, setiap ke luar negeri Buya Hamka selalu membawakan oleh-oleh berupa bendera negara yang beliau kunjungi.
"Benderanya dulu, kapan-kapan kau datang sendiri ke negaranya," demikian pesan Buya kepada cucunya.
Vino yang sangat sukses memerankan karekter Buya Hamka, mendapat pujian khusus dari putri Buya Hamka. Menurutnya, gerak tubuh hingga suara Vino sangat mirip dengan suara Buya Hamka.
“Saya seperti mendengar suara Ayah langsung sepanjang nonton film,” ungkapnya penuh haru.
Romanis dan Sangat Menghargai Wanita
Sebagai seorang ulama yang juga penulis novel romantis, Buya Hamka sejatinya memang seorang pria yang tidak hanya penuh kasih kepada istrinya, juga sangat menghargai wanita.
Hal itu tergambar dalam film yang disutradarai oleh Fajar Bustomi dan dimainkan oleh bintang-bintang kenamaan Indonesia ini. Rencananya akan tayang serentak di seluruh bioskop di Indonesia, 20 April 2023.
Buya Hamka menolak dengan halus ketika seorang pria kenalannya ingin anak gadisnya menjadi istri kedua Buya. Buya menolak untuk berpoligami, beliau malah menganjurkan gadis cantik itu untuk meneruskan pendidikan dan meraih cita-citanya.
Selain itu, Buya sangat menghargai pendapat istrinya. Naskah-naskah novelnya begitu selesai, selalu beliau minta istrinya untuk membaca dulu sebelum dikirim ke penerbit. Dan semua pendapat istrinya akan dipertimbangkan oleh Buya Hamka.
Demikian juga ketika Buya yang kala itu sekeluarga tinggal di Makassar, agak enggan menerima tawaran bekerja sebagai Pemimpin Redaksi koran Pedoman Masyarakat di Medan. Berkat pandangan sang istri, Buya menerima tugas tersebut.
Buya Hamka berhasil membuat koran tersebut sebagai media terdepan yang menyuarakan perjuangan kemerdekaan.
Pada lain kesempatan, beliau berencana menulis buku Tasawuf Modern,sebuah konsep untuk mengintegrasikan antara kepentingan dunia dan akhirat. Dimana dunia dijadikan media untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Istrinya menyarankan Buya untuk berdiskusi dulu dengan ayah kandungnya yang juga seorang ahli agama.
Buah dari mengikuti saran sang istri tercinta, Buya bisa lancar dalam menulis buku Tasawuf Modern hingga selesai, berkat bimbingan sang ayah. Sebuah buku yang ditulis puluhan tahun silam, namun masih sangat relevan konsepnya hingga sekarang.
Seperti kata semua pemeran film Buya Hamka dan Najwa Shihab, banyak sekali pelajaran hidup yang bisa kita petik dari film Buya Hamka. Salah satunya bagaimana menyelaraskan antara ucapan dan perbuatan.
Jadi rasanya sangat tempat merayakan Hari Raya Idul Fitri tahun ini dengan menonton film Buya Hamka. Film yang juga mengeksplor keindahan alam Minangkabau ini, tidak hanya syarat dengan makna kehidupan, juga patut dapat acunngan jempol soal keseriusan dalam penggarapannya.
Tentu sangat sayang untuk dilewatkan sebuah film Indonesia yang super keren, dengan masa produksi 9 tahun dan biaya Rp. 70 miliar, tertinggi dalam sejarah perfilm Indonesia!***MH
Foto-foto: MH
#premierefilmbuyahamka
#filmbuyahamka
#buyahamka
#buya
#hamka
Previous
« Prev Post
« Prev Post
Next
Next Post »
Next Post »