CURHAT: Terus terang ini curhat pertama saya di media online.
Masalahnya juga sebetulnya bukan masalah saya pribadi, tapi entah mengapa
setelah saya membaca beberapa Curhat di media ini, saya jadi ingin minta
pendapat.
Saya mahasiswi di sebuah perguruan tinggi negeri di Jakarta. Sejak SMA saya
punya seorang sahabat yang sudah saya anggap seperti saudara sendiri. Dia
sering datang dan menginap di rumah saya, begitu juga sebaliknya.
Namun dia terbilang kurang beruntung dalam masalah keluarga. Ayah ibunya
bercerai ketika dia masih duduk di SD. Dan sekarang ayah ibunya sudah memiliki
keluarga masing-masing di daerah. Sahabat saya itu tinggal dengan kakek dan
neneknya di Jakarta. Hanya sesekali saja dia berkunjung ke rumah ibu ataupun
ayahnya.
Sahabat saya ini terbilang anak yang introvert. Dia tidak suka membicarakan
masalahnya kepada orang yang tidak terlalu dia kenal. Dengan saya pun dia tidak
terlalu terbuka. Kalau tidak ditanya: kamu ada masalah apa? Dia akan diam saja.
Jadi harus dipancing dulu baru dia mau cerita. Dan kalau sudah cerita bisa
sampai nangis-nangis. Dia berulang kali bilang merasa tidak diinginkan oleh
siapa pun. Saya selalu berusaha membesarkan hatinya, bahwa dia dilahirkan
sebagai anak yang kuat dan mandiri.
Beberapa bulan ini saya tidak terlalu intens berkomunikasi dengan sahabat
saya itu, karena saya sedang sibuk menyusun skripsi sambil magang di
perusahaan. Kalau sedang senggang saya baru WA sahabat saya itu, dan jawabnya
suka lama dan jawabannya standar aja.
Suatu hari saya dapat WA dari teman SMA, dia bilang: Lihat deh statusnya si
A, dia curhat sedih banget.
Saya yang selama ini tidak pernah membuat status apalagi melihat status
orang, jadi terpaksa melihat status sahabat saya itu. Ya ampun, ternyata dia
mengungkap semua apa yang sedang dia alami.
Dia bilang: begini rasanya hidup tidak
diharapkan oleh siapa pun. Untuk apa hidup kalau hanya dianggap sebagai benalu.
Mungkin kalau saya tidak ada banyak orang yang merasa lega....
Saya seketika WA dia dan tanya: ada apa dengan kamu? Dia buka WA saya tapi
tidak dia jawab.
Besoknya, saya iseng membaca status dia di WA ternyata juga berisi curhatan
yang kali ini lebih kepada masalah hubungannya dengan mantan kekasihnya.
Saya cek FB nya, ternyata juga statusnya berupa curhatan. Dan beragam
tanggapan dari teman-temannya di komentar FB.
Terus terang saya jadi bingung, dia yang selama ini tertutup kok tiba-tiba
jadi terbuka seperti itu. Membiarkan orang tahu semua masalahnya.
Saya ingin mengingatkan dia, karena kesannya jadi cari perhatian. Curhat
kok di medsos? Beberapa teman sering WA saya, hanya untuk bilang: Tuh sobat elo
curhat melulu. Bantuin kek...
Jadi, saya pun akhirnya curhat di sini untuk minta saran, apa yang sebaiknya
saya lakukan untuk membantu sahabat saya itu? Apakah saya jadi mencampuri
urusannya kalau mencoba mengingatkan dia untuk jangan keseringan curhat di
medsos begitu?
Saya tunggu sekali sarannya. Terimakasih banyak.
Ira Diana – Jakarta Selatan
SARAN: Terimakasih banyak Anda sudah mempercayai kami untuk
membantu mengatasi masalah yang Anda hadapi.
Terus terang kami salut pada sikap Anda. Memiliki sahabat dekat tapi tetap
menjaga privasi dia. Tidak berusaha mengusik dia kalau dia sendiri tidak menceritakan
masalahnya.
Bisa dimengerti Anda merasa terusik dengan sikap sahabat yang tiba-tiba
berubah. Dari yang tertutup menjadi sangat terbuka; mengumbar masalah
pribadinya di media sosial.
Mungkin sebelumnya dia tidak merasa perlu curhat pada siapa pun, kecuali
kepada orang yang siap mendengarkan curhatan dia, seperti Anda sahabatnya. Dan
ketika dia curhat kepada Anda, seperti air bah yang tumpah. Semua ia keluarkan
sampai menangis-nangis, karena mungkin sudah terlalu penuh dadanya dengan
beragam tekanan batin.
Ketika Anda sibuk, dia jadi segan untuk menghubungi Anda sekadar untuk
curhat. Dia pun kehilangan tempat untuk mengeluarkan uneg-unegnya. Bisa jadi kemudian dia sudah tidak tahan lagi
dan menulis di medsosnya.
Mungkin dia coba curhaat di medsos mungkin banyak yang menanggapi. Dia jadi
merasa dapat perhatian. Yang awalnya coba-coba, ia jadi merasa nyaman, merasa
ada tempat untuk curhat, mengeluarkan tekanan batin yang sudah tidak sanggup
dia tahan.
Memang kalau sesekali curhat di medsos tidak masalah. Orang akan
bersimpati dan berusaha untuk memberikan solusi. Tapi kalau sudah keseringan,
orang juga merasa kurang nyaman. Sudah dianggap lebay, cengeng dan cari
perhatian.
Saran kami, coba luangkan waktu untuk bertemu langsung dengan sahabat Anda
tersebut. Jadi jangan hanya WA atau telepon. Ajak dia untuk ketemuan sambil
ngopi di kafe yang nyaman. Bilang saja: saya baru dapat cuan nih, pengen
nraktir kamu.
Semoga dengan ajakan manis itu dia mau menanggapi dan mau ketemu dengan
Anda. Nah saat ketemu itu, jangan langsung singgung soal curhatnya di medsos.
Anggap aja tidak ada apa-apa.
Setelah ngobrol seru baru pancing:
nggak apa-apa tuh kamu curhat di medsos? Jejak digital susah lho
menghapusnya.
Sarankan saja untuk menulis curhatan di kanal yang menyediakan kisah-kisah
hidup. Atau sarankan membuat blog pribadi yang dishare hanya untuk
teman-teman dekat.
Mungkin dengan cara itu dia merasa lega karena bisa mengeluarkan
uneg-unegnya, sekaligus juga dia jadi produktif. Mungkin suatu saat kumpulan
curhatnya bisa jadi ide tulisan yang lebih profesional, seperti cerpen, novel
ataupun skenario sinetron.
Semoga saran ini bisa membantu Anda untuk membantu sahabat tercinta. Tetap semangat!***
Foto: Pexels
#temanhobicurhat
#hobicurhatdimedsos
#curhatdimedsos
#curhat
#medsos
CURHAT:majalahwanita8@gmail.com
« Prev Post
Next Post »