CURHAT: Saya ibu dari dua orang anak. Yang pertama perempuan usia 11 tahun dan yang kedua laki-laki usia 9 tahun.
Kemarin saat mau memanggil anak perempuan kami untuk makan siang, saya
masuk ke kamarnya, ternyata dia sedang menangis. Saya kaget, ada apa dengan
dia? Yang saya tahu dia baru selesai PJJ atau sekolah online.
Saat saya dekati tangisnya makin menjadi. Saya peluk dia dan saya tanya:
ada apa? Lama dia terus menangis sampai akhirnya dia bilang, “Mama si A kok
jahat sekali. Dia khianati saya,” ucapnya dengan suara lirih. A adalah
sahabatnya sejak kelas 2 SD. Sekarang mereka sama-sama kelas 1 SMP.
Setelah saya bujuk dan dia mulai tenang, baru dia cerita. Kalau A ini
ternyata mengkhianati dia. Mereka semalam mengobrol dan bercerita yang menurut
anak kami sebuah rahasia di antara mereka berdua.
Tapi ternyata, besoknya ada teman anak kami yang memprotes; kenapa dia
dijelek-jelekkan oleh anak kami? Tentu saja anak kami bingung. Tau dari mana
anak itu? Ternyata pembicaraan anak kami dan sahabatnya itu direkam oleh
sahabat anak kami itu, lalu rekamannya dishare ke anak yang jadi bahan rumpian
mereka itu.
Dengan segera anak kami menghubungi sahabatnya itu, tapi WA tidak dibalas
dan telepon tidak diangkat.
Anak gadis kami merasa sakit hati sekali. Dia tidak menyangka sahabat
baiknya berbuat seperti itu kepada dia.
Dia jadi merasa malu dan sedih sekali
sekali dengan kejadian ini. Dia sampai bilang tidak mau lagi berteman
dengan sahabatnya itu.
Dan yang membuat saya makin sedih, dia minta dipindahkan sekolah, karena
tidak ingin ketemu dengan sahabatnya itu lagi, juga teman yang menjadi bahan
rumpian mereka.
Jujur saya bingung, mau bersikap bagaimana. Karena menegur langsung si
sahabatnya itu rasanya tidak mungkin, walaupun saya ingin sekali melakukan itu.
Karena saya dan ibu anak itu teman baik. Saya khawatir hubungan baik kami yang
sudah terbina lama jadi hancur, kalau saya salah bicara dengan anaknya.
Saya sudah diskusi dengan suami saya, tapi dia tidak terlalu merespon. Dia
bilang, “Biasa anak-anak, sebentar lagi juga sudah baikan.”
Tapi ternyata sudah beberapa hari ini anak saya masih sedih. Dia mendadak
jadi pendiam. Saya hanya bisa menghibur dengan mengatakan bahwa dalam
pertemanan itu wajar ada hal-hal yang kadang kurang menyenangkan. Coba maafkan,
mumgkin dia tidak bermaksud berkhianat, tapi tak sengaja saja.
Mohon saran apa yang sebaiknya saya lakukan menghadapi anak yang sedang
merasa sakit hati seperti ini? Apakah
saya perlu bicara dengan ibu anak itu?
Ditunggu segera sarannya.
Terimakasih banyak.
Bonita – Pontianak
SARAN: Memiliki anak remaja memang akan banyak menghadapi
beragam pengalaman yang penuh warna. Karena di usia remaja itu mereka seperti
sedang menghadapi ujian kehidupan pertama mereka.
Dimasa itulah mereka sebagai seorang manusia menghadapi apa yang disebut
dengan kenyataan hidup. Bahwa dunia itu tidak selalu indah, teman itu tidak
selalu menyenangkan, bahkan diri sendiri pun bisa tidak mereka mengerti.
Belum lagi menghadapi pertumbuhan tubuh yang kadang mencengangkan, yang
membuat mereka tak siap. Tubuh mengembang, kulit mulai bermasalah dan
ucapan-ucapan teman yang mulai menjengkelkan.
Disinilah peran orangtua sangat diperlukan. Dimasa anaknya sedang mencari
jati diri, saat anaknya sedang merasa gamang dengan dirinya dan kehidupan.
Diperlukan orangtua yang lapang hati, memahami gejolak dunia remaja dan sabar.
Sikap Anda dengan menahan diri tidak menegur sahabatnya juga tidak
menghubungi ibu anak tersebut, meski Anda sangat ingin, sudah sangat baik. Anda
sudah bersikap bijak.
Benar Anda pasti merasa sakit hati, sedih juga kecewa, karena anak Anda
disakiti. Namun, bersikap netral kadang diperlukan untuk tidak memperkeruh
suasana.
Lebih baik Anda terus dekati dan biarkan anak Anda curhat. Biarkan dia
menumpahkan perasaannya. Namun Anda cukup bersikap empati dan bersimpati, bukan
lalu menjadi emosi.
Katakan bahwa seorang teman itu bisa saja berbuat salah. Mungkin dia tidak
berfikir bahwa itu akan menyakiti kamu. Dia tidak menyadari bahwa apa yang dia
lakukan itu akan melukai hati kamu. Boleh jadi mungkin dia anggap itu hanya bercanda,
prank ataupun keisengan belaka.
Jadi coba sarankan anak Anda untuk menerima situasi ini dengan tenang dulu.
Terima kenyataan bahwa sahabat juga bisa berbuat salah dan mengecewakan.
Belajar untuk memaafkan. Namun jangan paksa anak Anda untuk kembali berteman
segera dengan sahabatnya itu. Biarkan semua berjalan dengan natural.
Kalau dia sudah bisa menerima kenyataan bahwa hal-hal seperti itu biasa dalam
dunia pertemanan, semoga rasa sedih dan sakit hatinya akan berkurang.
Intinya, jangan sampai anak Anda menganggap Anda mengecilkan persoalan yang
sedang dia hadapi, tapi juga jangan menganggap itu sebagai persoalan besar atau
bencana baginya. Tapi sebagai pelajaran hidup. Sampaikan padanya bahwa apa pun
bisa terjadi dalam kehidupan ini.
Makin kita melangkah makin beragam persoalan yang harus kita hadapi. Dan kunci
dalam menghadapi persoalan adalah: sabar, tenang dan fokus pada mencari solusi bukan emosi.
Semoga saran kami bisa membantu dan anak gadis tercinta Anda kembali
ceria.***
Foto ilustrasi: Pexels
#dikhiantisahabat
#anakdikhinatitemannya
#perhabatananakremaja
#ceritaanakremaja
#anakremaja
#kisahremaja
#remajaputri
#remaja
CURHAT:email majalahwanita8@gmail.com
« Prev Post
Next Post »