CURHAT: Saya wanita lajang usia 25 tahun. Sudah satu tahun saya berpacaran
dengan seorang pria kewarganegaraan asing.
Kami bertemu di tempat saya bekerja, di sebuah hotel saat dia menjadi tamu
di hotel tersebut. Saat ini kami menjalin hubungan jarak jauh (LDR). Saya
tinggal dan bekerja di Bali, sedang dia bekerja dan tinggal di Jakarta. Tapi
komunikasi kami sangat intensif. Dan dia sering mengunjungi saya saat dia
sedang libur.
Hubungan kami sudah disetujui oleh kedua keluarga. Dia sudah beberapa kali
bertemu dengan keluarga saya, yang tinggal di Surabaya. Sikapnya sangat baik
kepada keluarga saya, yang membuat keluarga saya cepat memberi restu pada
hubungan kami.
Walau belum pernah bertemu dengan keluarganya, yang kebetulan tinggal di
salah satu negara di Eropa, saya sudah beberapa kali ngobrol melalui VC dengan
kedua orang tuanya. Mereka sangat baik dan ramah kepada saya.
Enam bulan yang lalu dia melamar saya dengan memberikan cincin tanda
ikatan. Namun memang belum secara resmi dengan datang kepada orangtua saya. Dia
bilang hanya ingin menyatakan bahwa hubungan kami serius dulu, resminya nanti
menyusul.
Selama menjalin hubungan, saya merasakan perhatian dan kasih sayangnya yang
tulus. Saat saya sakit, dia khusus terbang dari Jakarta untuk menengok dan
merawat saya. Dia juga rajin mengirim hadiah saat orang tua dan kakak dan adik
saya berulang tahun. Pendeknya orangnya sangat baik dan penuh perhatian.
Namun ada ganjalan yang membuat saya agak ragu untuk meneruskan hubungan ke
jenjang pernikahan. Dia pernah mengatakan bahwa dia tidak ingin punya anak.
Alasannya, dia ingin menikmati hidup berdua saja dengan saya tidak ingin direpotkan dengan adanya anak. Dan kalau ada
apa-apa dengan hubungan kami, misalnya bercerai, dia tidak ingin membuat anak
kami menderita.
Awalnya saya tidak terlalu memikirkan omogannya itu, tapi ketika saya
melihat kebahagiaan teman-teman yang hamil, melahirkan dan menyusui serta
mengantar anaknya ke sekolah, saya merasa sedih. Saya tidak akan merasakan hal
itu kalau saya menikah dengan tunangan saya ini.
Padahal setelah menjalin hubungan dengan beberapa orang pria, dialah pria terbaik. Perhatian dan kasih sayangnya tidak hanya kepada saya, tapi juga kepada keluarga saya.
Sikapnya itu kadang sangat mengharukan. Sebelumnya, kekasih-kekasih
saya hanya fokus kepada saya, tidak terlalu peduli dengan keluarga saya.
Saya ingin meneruskan hubungan, tapi saya juga takut kalau dia
sungguh-sungguh dengan prinsipnya itu. Padahal saya sendiri ingin sekali punya
anak dan cucu. Kebahagian saya adalah berada di tengah keluarga yang ramai dan
hangat.
Kira-kira apa yang harus saya lakukan? Mungkinkah dia akan berubah sikap
setelah menikah?
Mohon saran, terimakasih banyak.
Laksmi - Ubud
SARAN:Kami sangat hargai upaya Anda, mencoba mencari saran sebelum mengambil keputusan.
Apalagi keputusan ini adalah hal yang sangat penting dalam hidup Anda.
Memilih jodoh atau teman hidup memang bukan hal mudah. Ada yang menganggap
seseorang dengan kepribadian yang baik; menghargai, perhatian dan penuh kasih
sayang, pasti akan membuat hidup akan bahagia bersama dia.
Memang dasar kepribadian yang baik adalah syarat utama kita dalam memilih
pasangan hidup. Karena kalau bisa, menikah adalah keputusan seumur hidup. Jadi
memang harus penuh pertimbangan dan kesadaran saat membuat keputusan. Jangan sekadar berdasar romantisisme: sayang & cinta.
Namun ada hal yang sangat penting, dan kadang dilupakan saat seseorang
sedang dilanda asmara, yakni: visi hidup calon pasangan. Visi hidup adalah
impian, cita-cita, pikiran atau nilai kehidupan yang dianut seseorang.
Nah, berkait dengan calon suami Anda, dia memiliki kepribadian yang baik,
hangat dan penuh perhatian. Namun, dia memiliki visi hidup yang diluar
kebiasaan pada umumnya.
Dia ingin memiliki pasangan hidup, tapi menolak untuk memiliki keturunan,
dengan alasan yang bagi sebagian orang mungkin tidak masuk akal. Tapi sebetulya sudah demikian kuat melekat dalam
dirinya.
Jadi, kalau mau melihat persoalan dengan lapang hati dan pikiran tenang,
dia tidak cocok untuk menjadi pasangan hidup Anda. Mungkin Anda membantah: tapi
kan dia sayang dan perhatian kepada saya!
Ya betul. Kalau saja visi hidup Anda sama dengan dia, maka Anda dan dia
adalah pasangan ideal. Anda dan dia akan berjalan dengan langkah yang seirama.
Tapi sudah Anda jelaskan, bahwa Anda malah sangat berencana memiliki anak dan
sudah membayangkan betapa bahagianya memiliki anak dan kemudian memiliki cucu.
Jelas-jelas visi hidup Anda sangat berbeda dengan tunangan Anda itu.
Anda bertanya, apakah kira-kira dia akan berubah setelah menikah nanti?
Jawabannya bisa ya bisa juga tidak.
Tapi kalau Anda berusaha mengabaikan visinya, dengan harapan dia akan
berubah, Anda harus siap untuk kecewa. Bukan tidak mungkin kalau Anda tetap
berharap dan dia juga tetap dengan pemikirannya itu, maka itulah yang menjadi sumber utama pertengkaran dan bukan tidak mungkin menjadi pemicu perpisahan. Padahal semua itu sudah Anda ketahui sejak awal.
Saran kami, usahakan untuk dibicarakan dulu visi hidup Anda berdua dengan
seterbuka mungkin, sebelum melangkah
lebih jauh. Bukan tidak mungkin setelah ia mendengar penjelasan visi hidup
Anda, dengan memberikan contoh-rontoh real di sekeliling Anda, dia akan berubah
pemikirannya.
Namun bila ia tetap bersikukuh dengan pemikirannya dan malah berusaha untuk
mengubah pemikiran Anda. Karena umumnya, orang dari negara maju sudah memiliki
pemikiran yang jauh kedepan. Mereka tidak sekadar asal ucap tentang rencana kehidupannya, tapi sudah melalui pengamatan, pemikiran dan pertimbangan
yang matang.
Nah, sekarang keputusan ada di tangan Anda. Apakah Anda siap? Kalau tidak
siap, lebih baik mundur. Mungkin dia bukan jodoh Anda. Dia mungkin lebih baik
sebagai teman atau sahabat ketimbang sebagai pasangan hidup.
Semoga dengan saran kami ini, Anda bisa mengambil keputusan yang lebih
bijak. Apapun keputusan Anda tentu ada risikonya. Mereka yang sudah dewasa akan
menerima apapun risiko dari keputusannya sendiri.Tetap semangat!***
Foto ilutrasi: Pexels
#calonsuamitakinginpunyaanak
#calonsuamibedavisi
#calonsuamibaik
#calonsuami
#anak
CURHAT ke
email:majalahwanita8@gmail.com
« Prev Post
Next Post »