Belum selesai informasi satu dibaca, sudah datang lagi infromasi lain yang
berbeda. Padahal untuk masalah yang sama, Covid-19.
Masyarakat awam kadang jadi bingung, mana informasi yang bisa dipercaya dan
mana yang ternyata berita palsu alias hoax.
Namun, ternyata sekarang ini berita-berita hoax kesehatan tidak hanya yang
berkait dengan Covid-19. Ada berita kesehatan lain yang juga cukup
memprihatinkan, karena yang sampai ke masyarakat luas lebih banyak yang hoax
ketimbang yang akurat.
Yakni berita kesehatan tentang Penyakit Kusta. Penyakit tropis yang sering
terabaikan, dan informasinya banyak tersampaikan tidak benar.
Untuk menangkal berita hoax tentang kusta, awal minggu ini diadakan Webinar
dengan tajuk: Peran Kampus dalam
Menangkal Hoax Kesehatan yang diselenggarakan oleh NLR Indonesia bekerjasama dengan Kantor Berita Radio KBR.
Stigma
Suasana Webinar |
Bahkan ada kesan di masyarakat kita, kusta adalah penyakit kutukan sehingga
harus menjauh dari penderita kusta.
Stigma itulah yang selama ini berkembang di masyarakat kita dan itu semua
adalah hoax.
Menurut dr. Christina Widaningrum, Mkes,
selaku Technical Advisor Program Leprosy Control, NLR Indonesia, akibat
berita kusta hoax seperti itu secara tidak langsung membuat penderita kusta
yang mestinya mendapat pengobatan, malah dikucilkan dan didiskriminasi.
Pada kenyataannya, penyakit kusta bisa disembuhkan. Namun bila terlambat
diobati memang bisa menyebabkan disabilitas.
Penderita kusta terlambat tertangani karena telanjur adanya stigma tentang
penyakit kusta. Sehingga mereka yang
memiliki gejala kusta enggan memeriksakan diri. Akibatnya secara luas, menghambat
penanggulangan kusta di Indonesia.
Padahal dalam hal penyakit kusta ini Indonesia termasuk negara peringkat
ketiga terbesar di dunia.
Hentikan hoax
Karena begitu besar efeknya, maka hoax kesehatan harus segera dihentikan. Karena
bila tidak dihentikan, bisa menjadi bola liar; terus menggelinding dan menjadi
penghalang besar proses penanggulangan kusta di Indonesia.
Untuk itulah NLR Indonesia, sebuah yayasan nasional yang berkomitmen dalam
pemberantasan kusta, mengajak para warga kampus untuk menyebarkan informasi
kesehatan yang benar kepada masyarakat.
Mengapa kampus? Karena akademisi termasuk warga masyarakat yang didengar
suaranya oleh masyarakat, dianggap sumber yang valid.
Dengan memahami dengan benar tentang penyakit kusta, kampus bisa
menyebarkan informasi yang benar juga kepada masyarakat luas.
Seperti ditekankan dalam webinar tersebut oleh dr. Tutty Ariani, Sp.DV, Staf Pengajar & Kepala Divisi
Dermatologi Infeksi Bagian IK. Kulit & Kelamin FK. Unand, Padang, “Menyampaikan
informasi atau edukasi kesehaan harus valid sumbernya.”
Contohnya informasi tentang penyakit kusta jangan diambil dari berita-berita
di medsos, yang tidak jelas sumbernya. Tapi harus dari sumber yang kredibel,
dalam hal ini adalah NLR Indonesia. Bila ada berita tentang kusta yang
meragukan, segera cek ke website resmi NLR Indonesia.
Dr. Christina Widaningrum menjelaskan bahwa NLR Indonesia memberikan
edukasi kepada masyarakat Indonesia, untuk terus mengingatkan tentang fakta dan
mitos kusta. Antara lain dengan mengadakan Webinar, agar memperluas informasi
yang valid tentang penyakit yang masih menjadi momok di masyarakat kita ini.
Kemas menarik
Berita tentang penyakit kusta secara umum dianggap tidak seksi. Sehingga
masyarakat belum-belum sudah menolak atau menghindar, bahkan sekadar untuk
mendengar berita yang sebenarnya.
Untuk itu media memang harus kreatif mengemas berita, agar bisa berterima
oleh masyarakat. Karena sebernarnya, mayoritas
masyarakat kita masih sangat awam pemahamannya tentang penyakit kusta.
Salah satunya ketakukan yang sangat bila bertemu dengan penderita kusta. Menyentuh
berarti ketularan.
Pemahaman seperti itulah yang harus diluruskan. Karena pada dasarnya
penularan penyakit kusta tidak seperti itu. Penyakit kusta tidak menular dengan
cara kontak langsung biasa seperti ketika berjabat tangan, menduduki tempat
yang sebelumnya pernah diduduki pengidap atau memeluk pasien kusta.
Agar informasi tersebut bisa tersampaikan kepada masyarakat luas, memang
media harus super kreatif.
Seperti disampaikan oleh Malika,
Manager Program & Podcast KBR, “Agar menarik pendengar, KBR membuat
Poadcast agar infromasi jadi lebih mudah didengarkan dan bisa diakses dimana
saja. Karena saat ini podcast sedang hype dan pendengarnya terus berkembang
& pendengar podcast masyoritas anak muda. Jadi bisa tepat sasaran,” ungkap
Malika.*** MH
Ilustrasi foto:Pexels
#beritahoaxkusta
#beritakesehatan
#beritahoax
#menangkalhoax
#hentikanhoax
« Prev Post
Next Post »