Masa media cetak sudah lewat. Kini media digital yang sedang merajai dunia. Dan masyarakat sudah makin terbiasa bersosialisasi melalui media digital atau umum disebut sosial media.
Praktis dan sangat efektif, karena kecepatannya yang melebihi kecepatan
cahaya: detik ini di share detik ini juga tersebar.
Hal baik dan bermanfaat yang disebarkan, akan menyebarkan aura baik dan jadi berkat untuk orang banyak.
Sebaliknya, hal yang mengandung kebencian,
kenyinyiran dan menyinggung nama baik seseorang, bisa mengantarkan si penyebar
pada penyesalan, disusul dengan kesengsaraan. Jari jemari lentik bisa
mengantarkan seseorang ke jeruji besi.
Baca juga: Curhat di Medsos
Bagaimana agar tetap bisa eksis tapi tetap aman bersosmed dan terhindar
dari efek yang merugikan?
Kendalikan emosi
Saat membaca berita,
kadang kita suka terbawa emosi. Emosi senang maupun sebal, sama-sama perlu
diwaspadai saat ini.
Karena untuk mereka yang
sudah begitu hanyut pada suasana sosmed, suasana hati apapun inginnya dibagikan ke sosmed pula. Jadi, ketika dapat berita gembira di WAG: ada program gratis pembelian
makanan siap saji atau gratis masuk wahana hiburan, segera ingin share ke semua
WAG yang ada di HP ataupun ke IG dan FB.
Padahal, semua berita
gembira itu hanya candaan teman-teman yang sedang iseng. Lagi gabut, maka bikin
berita heboh.
Sementara Anda sudah telanjur menyebarkan berita tak berujung pangkal itu.
Mungkin kalau beritanya tidak terlalu meluas, Anda aman.
Namun lain cerita kalau
ternyata efek dari penyebaran berita itu berakibat pada kehebohan pada objek
yang diberitakan, maka Anda sebagai salah satu penyebar berita akan diminta
pertanggungjawaban. Pasal yang dikenakan: penyebaran berita bohong atau hoax.
Begitu juga bila ada berita menyedihkan, usahakan untuk mengecek ulang dulu sebelum disebarkan.
Misalnya, Anda mendapat berita di WAG ada seorang
selebritas meninggal dunia. Sebagai salah satu penggemar berat, Anda merasa
berduka. Dan ingin berbagi duka dengan teman-teman. Secepat kilat jari-jari
lentik Anda dengan trampil membagikan berita ke semua sosmed yang Anda miliki.
Malangnya, ternyata
berita itu tidak benar.
Anda menyesal sudah
menyebarkan berita tidak benar. Dan banyak teman Anda yang menyalahkan Anda,
mengapa tidak ngecek dulu berita itu sebelum disebar.
Apa daya, jari-jari terampil Anda
membuat teman-teman Anda menjuluki Anda: penyebar hoax.
Saring sebelum sharing
Meski pesan ini sudah sering sekali diingatkan, namun tetap masih banyak
penggiat sosmed yang lupa.
Banyak kasus yang menjerat pengguna sosmed, sampai harus
mempertanggungjawabkan aktivitas jari jemarinya sampai ke pengadilan. Alangkah
merepotkannya.
Ada yang mencaci maki seleb yang tidak dia sukai. Seakan dia kenal baik dengan si seleb, sehingga ketika artis atau aktor tersebut bersikap yang tidak ia sukai, dengan geram ia menulis di sosmednya.
Tulis kata-kata yang menurut
dia bisa menyakiti si pesohor, lalu sharen ke semua lini sosmed yang dimiliki.
Lega seketika rasanya sudah melemparkan cacian. Mungkin merasa senang atau
bangga kalau si pesohor itu menanggapi.
Namun, seleb juga manusia biasa. Ia tidak ingin nama baiknya diremehkan.
Dengan berbekal screen capture dari sosmed si pengungah, bisa saja ia
melaporkan ke yang berwajib. Dengan tujuan agar ada efek jera dari para netizen
yang super iseng.
Ketika masalah sudah melebar dan mengancam kebebasan, baru biasanya pengunggah di sosmed merasa menyesal.
Tapi balik lagi, semua sudah telanjur.
Kata maaf bisa diucapkan, namun kini maaf diterima tapi peroses hukum tetap
diteruskan.
Jadi langkah terbaik adalah: menjaga jari jemari lentik kita untuk tidak
terlalu cepat tanggap. Saring sebelum sharing adalah yang terbaik.*** LK
Foto: Pexels
#mediasosial
#sosialmedia
#etikabermedsos
#etikabersosmed
#amanbersosmed
« Prev Post
Next Post »