Pandemi yang belum bisa diprediksi kapan berakhir, sudah menghancurkan hampir
semua sektor ekonomi. Hal ini membuat banyak orang mengalami stress bahkan depresi.
Kondisi ekonomi yang menekan dan minim kesempatan untuk menyalurkan hobi di
luar rumah, membuat banyak orang uring-uringan. Gabut. Akhirnya menulis hal-hal
yang konyol di medsos. Menuliskan status yang menyinyiri orang lain, kelompok,
agama dan negara.
Padahal risiko yang harus dbayar sangat mahal. Depresi tidak terobati
malah harus menjalani hukuman di balik jeruji.
Kalau saja dorongan untuk menulis itu disalurkan secara tepat, stress berkurang, depresi terhindar dan hidup pun makin tenang.
Menulis itu menyehatkan
Kenapa mereka menuliskan
hal-hal konyol di medsos? Kenapa tidak bisa menahan diri untuk nyinyir?
Baca juga: 5 Cara Gampang Hilangkan Bosan
Ternyata, karena dorongan untuk menumpahkan beban di dada sudah tak
tertahankan, sehingga mereka memerlukan penyaluran. Sayangnya, mereka tidak
mempertimbangkan bahwa ‘hasil karya’ mereka itu akan menyinggung pihak lain
bahkan institusi.
Hasil penelitian dari
para pakar kesehatan jiwa pernah dituangkan di Jurnal Advance in Psychiatric
pada tahun 2005, yang menyebutkan bahwa menulis adalah terapi yang baik untuk
kesehatan mental.
Karena menulis dapat
meningkatkan suasana hati dan menjauhkan stress serta depresi. Saat menulis
seseorang dapat menenangkan emosinya. Sebab dengan menulis seseorang bisa
mencurahkan segala pikiran yang ada, sehingga bisa meringankan beban pikiran.
Selain bermanfaat untuk
kesehatan jiwa, menulis juga dapat menyehatkan fisik yakni membantu fungsi
paru-paru serta menurunkan tekanan darah.
Dulu diary kini medsos
Beberapa dekade lalu
generasi muda belum mengenal gadget. Sarana untuk mengisi waktu luang dan menumpahkan
perasaan bukan smartphone dan sosmed tapi buku diary. Ya diary adalah ‘sahabat
sejati’. Karena diay teman curhat yang tidak akan pernah berkhianat.
Agar rahasia paling dalam yang sudah tertuang di diary tidak sampai diketahui orang lain, bahkan ortu
sendiri, maka diary pun dilengkapi dengan kunci (gembok kecil). Buku diary bisa
ditemukan ortu atau saudara di rumah, tapi isinya tak bisa diintip, karena
kunci tersimpan rapi di tas atau tempat tersembunyi.
Era berganti tradisi pun
berubah. Sekarang remaja bahkan orang dewasa menumpahkan isi hatinya di diary
yang bisa dibaca oleh semua orang. Makin
banyak yang baca dan kasih like makin merasa bangga. Padahal yang diungkap
adalah sesuatu yang mestinya menjadi
rahasia pribadi ataupun keluarga.
Lalu esensi bahwa menulis itu bisa menjadi terapi jiwa tidak tercapai. Hanya membuat lega sesaat, tapi tak menyelesaikan masalah, bahkan mungkin menghadirkan masalah baru.
Karena
ternyata, yang membaca tidak semua orang yang bersimpati, ada juga yang merasa
terganggu dan tak suka, sehingga komentarnya pun malah menyakitkan: mengejek, merendahkan
bahkan menghina.
Akibatnya, curhat di
medsos bukannya menghilangkan stres malah menimbulkan depresi.
Kembali ke diary
Bahwa kebutuhan untuk
menyalurkan beban batin adalah nyata. Terutama ketika kondisi sedang
serba menekan dan lingkungan tidak mendukung untuk membantu secara pribadi
maupun profesional.
Mungkin ada baiknya
kembali ke masa muda dahulu; menulis diary dengan catatan tidak untuk
dipublikasikan. Sarananya bisa saja smartphone yang selalu ada di tangan. Ketika beban sedang memenuhi
pikiran, tulis dan tuangkan saja apa adanya.
Mau berupa kemarahan,
kekecewaan, ketidaksenangan bahkan caci maki yang paling keji pun. Yang penting
bisa membuat tekanan batin Anda berkurang dan Anda merasa lega
Setelah selesai, simpan filenya di drive yang hanya Anda yang mengetahui
password-nya.
Bisa juga Anda menulis curahan hati di buku biasa, tak perlu khusus buku diary, yang penting Anda bisa bebas menulis dan bisa disimpan aman di lokasi yang hanya Anda tahu.
Sesekali ketika Anda ingin mengevaluasi diri, Anda bisa baca kembali.
Ditanggung Anda akan merasa bangga pada diri sendiri, karena berhasil menguasai diri dengan tidak menumpahkan kekesalan dan kekecewaan dengan cara yang konyol, tapi dengan cara aman dan hasilnya: Anda tenang, tekanan berkurang dan depresi pun pergi.*** MK
Foto: Pexels/Karolina Grabowska
#mengatasidepresi
#menulisterapijiwa
#curhatdimedsos
#curhatdidiary
#caraamanatasistress
#terapimenulis
#menulis
#curhataman
#terapidiary
#terapijiwa
#curhat
#stress
#depresi
#terapi
#diary
« Prev Post
Next Post »