CURHAT: Selama ini saya sering baca dan dengar tentang suami yang pelit. Sampai untuk istri dan anak-anak pun perhitungan.
Berbeda sekali dengan suami saya. Dia entah mengapa tidak bisa sekali
memegang uang. Uang di tangannya seakan-akan tidak betah, tidak bisa bertahan
lama. Berapa pun uang yang dia punya, baik yang cash di dompet maupun di
rekening dalam waktu sekejap bisa habis.
Dia suka sekali memberi uang kepada keluarga atau teman yang datang ke
rumah. Tidak ada tamu yang pulang dengan tangan kosong. Pasti ia selipkan uang
di tangan mreka.
Suami juga jadi tempat memimjam uang teman dan keluarga. Tapi maaf, seingat saya
tidak ada satupun yang mengembalikan. Belum lagi kalau sedang ketemuan dengan teman-temannya
di luar, pasti dia yang traktir.
Saya sudah bosan mengingatkan suami untuk bisa mengerem pengeluaran. Tapi
dia selalu menjawab, “Rezeki ada aja, gak usah takut!” Betul sih, tapi tetap
saja harus ada perhitungan dalam mengeluarkan uang.
Sebetulnya saya sudah tidak tahan
dengan sifat suami yang aneh ini. Kadang ingin berpisah saja. Tapi saya selalu
ingat anak-anak kami yang dua orang dan sedang menjelang remaja.
Untung saya punya penghasilan sendiri, sehingga kebutuhan sehari-hari bisa
saya tangani dengan baik. Tapi kami jadi tidak bisa merencanakan masa depan
keuangan kami dengan baik.
Beruntung kami sudah memiliki rumah, hasil dari ‘paksaan’ saya untuk
mentransfer semua gajinya ke rekening saya saat dia masih bekerja di perusahaan
keluarganya. Jadi kalau perlu uang dia minta ke saya.
Tapi sudah hampir 3 tahun ini dia keluar dari perusahaan keluarga dan
memutuskan untuk usaha sendiri, yang betul-betul hanya dia yang bekerja, yakni
sebagai konsultan.
Pernah saya marah besar pada suami. Karena suatu hari usahanya berhasil mencapai
keuntungan yang cukup banyak, jumlahnya hampir mencapai Rp. 3 M. Kebetulan uang
masuk ke rekening dia. Waktu itu saya sudah mengingatkan dia untuk segera
mentransfer sebagian ke rekening saya, dia bilang, “Iya beres!”
Uang memang ada masuk ke rekening saya, tapi jumlahnya hanya setengahnya.
Ketika saya tanya kemana sisanya, dia jawab tidak jelas. Kebetulan dia baru
keluar kota untuk menghadiri reuni dengan teman SMA nya.
Betapa terkejutnya saya ketika saya paksa minta buku tabungan untuk
diprint, ternyata sisanya tinggal Rp. 250 juta. Ternyata, saat reuni itu dia
nyawer ke teman-temannya. Semua dapat uang saku dari suami saya, ada yang cash
ada yang ditransfer.
Bayangkan betapa sedihnya saya. Begitu sulit dia mendapatkan uang, tapi
begitu mudah dia menghamburkan uangnya.
Sekarang usaha suami sedang stop, jadi kami sekeluarga hanya mengandalkan
tabungan dan penghasilan saya yang tidak terlalu banyak.
Saya memikirkan biaya pendidikan anak-anak kami. Saya selalu berusaha
berhemat, tapi suami saya kalau punya uang seperti ‘mabuk’ ingin selalu berbagi
ke orang lain.
Dan lebih aneh lagi, kalau sedang tidak punya uang dia bisa WA temannya
hanya untuk sekadar beli bensin. Temannya yang sering dia bantu, biasanya
selalu kasih. Tapi saya sendiri jadi malu kalau suami WA teman-temannya untuk
minta atau pinjam uang yang junmlahnya tidak seberapa, sekitar seratus dua
ratus ribu.
Mohon saran apa yang harus saya lakukan dalam menghadapi suami yang punya
sifat seperti ini. Apakah masih mungkin suami saya berubah sifat? Oh ya saya
dan suami sudah menikah selama 12 tahun dan usia kami sama-sama 38 tahun.
Terimakasih atas
sarannya.
Salam.
Ratna – Salatiga
SARAN: Dari ungkapan Anda terbayang betapa sabarnya Anda
menghadapi suami. Sifat suami yang unik pasti membuat Anda selalu deg degan.
Tapi toh Anda tetap mendampingi sampai hari ini.
Tampaknya suami Anda memiliki masalah psikologis yang cukup serius. Ia
memiliki masalah dengan benda yang bernama uang. Mungkin dia pernah memiliki
traumatik di masa lalunya yang berkaitan dengan uang. Dan pengalaman traumatik
itu akan ‘terobati’ bila ia memberi uang kepada orang lain.
Misalnya nih, mungkin dulu, saat belum memiliki uang, suami Anda pernah
direndahkan atau dibully. Dan pengalaman itu sangat melukai harga dirinya,
sehingga tersimpan sampai sekarang.
Dengan dia memberi uang kepada orang lain, dia merasa nyaman, merasa memiliki power, karena orang
akan melihat dia sebagai orang yang hebat, patut dihargai dan dihormati. Dan ia
menikmati rasa itu.
Mungkin bila ada kesempatan Anda berdua sedang santai, coba tanyakan apakah
ia pernah punya pengalaman yang khusus tentang uang di masa kecilnya? Bisa jadi
dia tidak akan langsung menjawab pertanyaan Anda, tapi setidaknya dia akan
berfikir bahwa dia punya masalah soal cara pandang tentang uang.
Hal lain yang bisa Anda coba, berbagilah secara fair dalam tanggung jawab
keuangan keluarga. Anda yang memiliki penghasilan tetap mungkin bisa menanggung
biaya untuk pengeluaran tetap seperti listrik, air, wifi, uang sekolah anak.
Sedangkan suami yang penghasilannya tidak pasti, bertanggung jawab pada
kebutuhan lain seperti: perbaikan rumah, liburan, asuransi pendidikan anak,
dana untuk acara keluarga dan sebagainya.
Usahakan pembagian tanggung jawab itu dituangkan secara tertulis dan
ditandatangi oleh Anda dan suami, kalau perlu jadikan anak-anak sebagai saksi.
Kenapa harus tertulis? Agar bisa saling mengingatkan bila salah satu abai pada
kewajibannya.
Dengan cara di atas harapannya suami Anda pelan-pelan mulai mengurangi
‘saweran yang tidak semestinya’ karena ia punya tanggung jawab yang harus ia
penuhi.
Jadi begitu Anda tahu suami Anda menerima uang dari hasil pekerjaannya,
segera minta ia mengisi pos-pos yang menjadi tanggung jawabnya.
Semoga dengan metode ini cara suami Anda dalam mengeluarkan uang bisa lebih
terarah dan bermanfaat untuk kesejahteraan keluarga.***
#suamiboros
#suamidanuang
#suami
#uang
#boros
*CURHAT ke
email: majalahwanita8@gmail.com
« Prev Post
Next Post »