CURHAT: Hari Raya sudah berakhir, tapi saya punya masalah yang sulit untuk saya selesaikan.
Untuk itu saya beranikan diri membuat email ini. Semoga saya dapat
pencerahan yang membuat hidup saya lebih nyaman.
Saya wanita 35 tahun, masih single. Saya bekerja di sebuah perusahaan
swasta yang cukup berkembang.
Persoalan saya berawal dari beberapa tahun yang lalu. Saya masih bekerja di
perusahaan lama, saya mendapat promosi jabatan menjadi kepala bagian. Tentu
saja hal ini sangat menggebirakan saya dan keluarga.
Saya berusaha menjalani jabatan baru ini dengan sebaik-baiknya. Saya bahkan
rela pulang sampai larut malam, membereskan pekerjaan saya.
Di kantor itu saya punya seorang sahabat wanita, dia satu bagian dengan
saya. Kami bisa jadi sahabat karena punya hobi yang sama. Kami sama-sama suka
naik sepeda, suka berburu makanan enak dan suka masak.
Ketika saya naik jabatan, dia kelihatan ikut gembira. Tapi pelan-pelan dia
mulai menghindari saya. Kalau saya ajak sepedaan di akhir pekan dia menolak
dengan berbagai alasan. Padahal sebelumnya tidak pernah menolak. Juga saat saya
ajak coba makanan baru di dekat kantor, dia bilang lagi ada kerjaan.
Sampai suatu hari saya tanya kenapa dia bersikap begitu? Dia jawab, “Kamu
kan sekarang sudah jadi bos, saya nggak bisa sembarangan main sama kamu,”
katanya. Saya jelaskan itu kan cuma profesi di pekerjaan, selebihnya saya tetap
sahabat kamu.
Tapi tampaknya dia sudah berubah total, hingga saya tidak bisa memaksa.
Tanpa saya mau hubungan kami jadi renggang. Saya pun berusaha fokus pada
pekerjaan saya.
Sampai suatu hari saya dipanggil atasan saya, dia mengintrogasi semua
kegiatan saya. Dan intinya, saya dicurigai menggunakan fasilitas kantor untuk
pribadi. Sehingga saya diminta mempertanggungjawabkan. Walau saya membantah
dengan keras tuduhan itu, atasan saya tetap tidak mau dengar. Dia bilang, dia
punya bukti-bukti.
Saya pun dipindahkan ke bagian lain. Meskipun jabatan saya masih sebagai
kepala bagian, tapi di bidang yang sangat tidak saya sukai. Saya sebetulnya
sangat tidak senang, tapi untuk keluar kerja saya belum siap.
Belakangan saya dengar dari teman-teman kalau yang mengadukan saya ke
atasan adalah mantan sahabat saya itu. Dia mengirim email ke atasan saya, isinya
menjelekkan saya dan memfitnah saya kalau saya menggunakan fasilitas kantor
untuk urusan pribadi. Herannya bos saya langsung percaya.
Setelah beberapa waktu saya akhirnya mengundurkan diri dan pindah ke
perusahaan yang lebih mapan. Dan saya mendapat kedudukan yang lebih baik dari
kantor sebelumnya.
Saya pun berusaha melupakan mantan sahabat saya itu. Kami tidak pernah
kontak lagi.
Sampai beberapa hari lalu, menjelang Lebaran ada WA masuk dari dia. Dia mengucapkan
selamat Hari Raya dan minta maaf. Terus terang saya sangat terkejut. Dia
tiba-tiba nongol dan minta maaf.
Masalahnya, saya masih merasa sakit hati dengan apa yang sudah dia perbuat
kepada saya. Saya merasa dikhianati dan karier saya dihancurkan olehnya.
Sampai saya mengirim email ini, saya belum menjawab WA dia. Apa yang harus
saya lakukan? Salahkan saya kalau saya tidak bisa memaafkan dia?
Mohon saran.
Terimakasih banyak.
Elena D – Bandung
SARAN: Momen Idul Fitri adalah
waktu yang tepat untuk saling memaafkan. Bisa jadi mantan sahabat Anda itu
sudah menunggu beberapa waktu, untuk sampai berani mengirim WA minta maaf
kepada Anda.
Bisa dimengerti Anda sulit untuk memaafkan dia, karena Anda yang begitu
percaya padanya sebagai seorang sahabat, ternyata diam-diam dia menikam dari
belakang. Bisa jadi motifnya dia melakukan hal itu adalah karena rasa iri atau
sirik. Anda berhasll mencapai kedudukan sebagai kepala bagian, sedangkan dia
tidak.
Pertanyaan Anda salahkan saya kalau tidak memaafkan dia? Anda tidak salah
dan tidak benar, karena meminta maaf dan memberi maaf adalah hak seseorang.
Walau dalam agama mana pun meminta maaf dan memberi maaf sangat dianjurkan.
Namun ada yang perlu Anda sadari, apakah Anda merasa nyaman menyimpan
dendam pada teman Anda tersebut? Bukankah semua sudah berlalu, tidak ada yang
bisa Anda ubah dari masa lalu itu. Anda sekarang sudah meninggalkan perusahaan
lama Anda dan berkarier di perusahaan baru yang lebih baik kondisinya.
Kalau mau berfikir positif, berkat teman Anda itulah Anda memperoleh kedudukan
Anda sekarang. Kalau dia tidak menfitnah Anda, mungkin Anda tetap menjadi
karyawan di perusahaan lama. Dengan kata lain, tanpa ia dan Anda sadari, teman
itu sudah mendorong Anda untuk lebih maju, untuk mendapat masa depan yang lebih
cerah.
Jadi, kenapa harus mendendam? Semestinya Anda bersyukur. Yakinlah, dengan
memaafkan dia, Anda akan merasa lebih lega. Hidup Anda akan lebih nyaman.
Sebaliknya, bila Anda tidak menyambut permintaan maafnya, berarti Anda
masih menyimpan marah, jengkel dan dendam. Bayangkan, Anda seperti sedang
berjalan dengan menarik-narik beban berat yang sebetulnya isinya hanya “sampah”.
Mumpung masih suasana Lebaran, segeralah jawab WA teman Anda tersebut.
Tanyakan kabarnya. Bahwa Anda akan meneruskan hubungan menjadi teman atau
sahabat kembali, semua Anda yang menentukan.
Boleh jadi Anda memaafkan kesalahannya, tapi Anda merasa tidak bisa lagi
menjadi sahabat bahkan teman, karena Anda sudah tidak bisa mempercayai dia
lagi. Hal itu tidak masalah. Yang penting,
Anda sudah memaafkan dia dan beban hidup Anda sekarang sudah berkurang.
Memang, meminta maaf itu lebih mudah daripada memaafkan.
Karena saat Anda memaafkan seseorang, Anda harus dengan iklas menerima
semua hal pahit yang pernah Anda alami. Dan juga harus rela membuang dan memusnahkan dari
pikiran dan batin Anda. Perlu waktu, tapi bukan berarti tidak mungkin.***
Foto: Pexels/Liza Summer
#memaafkanteman
#beratnyamemaafkan
#salingmemaafkan
#indahnyamemaafkan
#memaafkan
#maaf
CURHAT email:majalahwanita8@gmail.com
« Prev Post
Next Post »