CURHAT: Saya ibu rumah tangga dengan dua orang anak, perempuan
(10) dan laki-laki (8). Masing-masing
anak saya itu memiliki sifat yang berbeda bahkan cenderung bertolak belakang.
Anak perempuan saya terbilang
anak penurut, rajin dan sudah cukup mandiri. Dia bisa mengurus dirinya sendiri
dengan baik. Pendeknya sudah tidak perlu diawasi lagi, mulai dari urusan sekolah,
seragam sampai tugas-tugas sekolah sudah bisa dia kerjakan sendiri.
Berbeda dengan adiknya yang laki-laki. Saya selalu pusing dibuatnya. Dia
tidak pernah bisa bangun pagi. Kalau dibangunkan sulit sekali. Harus dengan
berbagai cara baru dia mau bangun. Akibatnya dia sering terlambat ke sekolah. Kakaknya
kadang sudah pergi duluan ke sekolah dengan pakai bus, padahal merka satu sekolah.
Karena kalau nunggu adiknya diantar pakai mobil, dia pasti terlambat.
Apalagi sekarang sekolah online di rumah. Anak bungsu saya itu lebih santai
lagi.
Hampir setiap kali walikelasnya menegur saya lewat WA, menanyakan mengapa
anak saya belum absen. Dan kalau ada kelas zoom, dia tidak mau menghidupkan kamera,
jadi hanya mendengarkan gurunya mengajar. Kalau sudah dipanggil-panggil gurunya
baru dia mau buka kameranya.
Saya walau tidak bekerja di luar rumah, kadang tidak bisa seratus persen
mengawasi anak saya ini belajar. Karena saya juga bisnis online, jadi kalau
sedang banyak pelanggan, tidak bisa mendampingi anak saya yang sedang belajar.
Masalah pekerjaan rumah atau tugas sekolah dia juga selalu menunggu sampai
detik terakhir. Belum lagi kalau ada barang atau bahan untuk tugas prakarya
yang harus dibeli, dia baru bilang setelah menjelang mabrib. Padahal besok akan
digunakan.
Berulang kali saya mengingatkan dia untuk belajar mengatur waktu, disiplin
dan mengerjakan tugas lebih awal. Supaya kalau ada yang salah atau kurang masih
bisa waktu untuk diperbaiki.
Saat diberitahu dia diam saja, tapi berkesan seperti tidak mendengarkan. Kalau
saya bentak sedikit saja dia seperti sangat tersinggung dan berdiam diri sampai
beberapa hari. Saya jadi tidak tega untuk bersikap keras kepadanya.
Saya sudah minta tolong suami saya untuk menegur dan membantu menerapkan
disiplin pada anak kami ini, tapi suami saya hanya sesekali mengingatkan. Karena
dia juga sibuk dengan bisnisnya di luar rumah. Jadi dia lebih banyak
menyerahkan pendidikan anak ke saya.
Saya khawatir kalau anak saya tidak bisa disiplin, tidak bisa mengikuti
aturan, dia sulit sukses di masa depan.
Apa yang harus saya lakukan untuk membuat anak kami itu bisa lebih
disiplin? Apakah memang harus dikerasi?
Mohon saran sekali. Terimakasih banyak.
Enny Dewi – Bogor
SARAN: Anak-anak memang memiliki sifat yang berbeda-beda. Bahkan anak
kembar pun bisa saja sifatnya bertolak belakang.
Tampaknya Anda sudah cukup sabar menghadapi si bungsu ini. Tapi memang
perlu taktik khusus menangani anak-anak seusia anak Anda ini.
Mereka mungkin secara fisik sudah cukup besar. Bukan lagi anak-anak, tapi
secara mental mereka memang masih anak-anak, yang harus selalu dibimbing. Dan
bimbingan bukan hanya berupa kata-kata yang bernada menyuruh apalagi menuduh.
“Kok kamu belum mengerjakan pe-er? Kamu banyak main sih. Atur waktu yang
betul dong, Nak!”
Anda berfikir ucapan itu sudah memberi arahan kepada anak Anda. Padahal
yang masuk ke telinga dan benak mereka adalah: omelan yang mengganggu, tidak
perlu diperhatikan!
Akibatnya, berapa banyak pun Anda bicara, tidak juga mempan baginya.
Satu hal yang perlu Anda pahami, anak usia di bawah 12 tahun umumnya belum
paham mengenai konsep waktu. Apa itu waktu, tepat waktu, mengejar waktu,
memanfaatkan waktu. Itu semua masih jauh dari pikiran mereka.
Jadi, jangan harap mereka akan melakukan sesuatu tepat waktu, karena konsep
waktu saja mereka saja belum paham. Kalau ada yang sudah paham, mungkin memang memiliki
kemampuan untuk bisa mengikuti aturan dengan baik.
Disinilah fungsinya orangtua dan guru. Membimbing dengan cara memberi tahu
dengan bijak dan contoh yang nyata. Sehingga si anak bisa menyerap pemahaman
tentang waktu lebih dalam dan bisa dia terapkan dalam kesehariannya.
Dia akan melihat orangtua dan gurunya, bukan kakak atau adiknya. Karena
rolemodel mereka adalah orangtua dan guru.
Yang perlu Anda cermati juga, bahwa sebaiknya jangan terlalu keras untuk
menuntut anak untuk selalu tepat waktu dan disiplin. Karena menurut ilmu
parenting yang berkembang saat ini, anak yang selalu dituntut untuk disiplin,
tepat waktu dan tidak boleh berbuat kesalahan, akan berkembang menjadi anak
dengan traumatik. Dia menjadi selalu takut terlambat, takut salah dan takut
melangkah.
Akibatnya, di masa depan banyak sekali hambatan untuk dia meraih kesuksesan
dalam kehidupan. Pasalnya, terlalu banyak pagar-pagar yang membatasi
langkahnya. Dia jadi tak siap untuk bersaing dalam bidang apa pun. Karena dia
takut salah, takut tidak berhasil, takut nanti malah membuat kecewa orangtua.
Sesekali biarkan anak tidak tepat waktu, biarkan dia berimproviasi dalam
cara belajar dan menyerap pelajaran. Mungkin kalau dia diarahkan dengan benar,
dia bisa berkembang jadi anak yang kreatif dan berani menghadapi tantantangan.
Saran kami, lebih baik Anda usahakan dampingi anak Anda dalam belajar di
rumah. Setidaknya saat awal-awal jam pelajaran, setelah pelajaran berlangsung
Anda bisa pelan-pelan mulai tinggalkan. Jadi absensi beres dan dia merasa
nyaman didampingi. Lalu sesekali datang lagi. Duduk di sebelahnya tanpa harus
bicara atau berkomentar.
Lakukan hal itu dengan satu syarat: iklas. Maksudnya: jangan dengan nada
kesal, mengomel atau mau buru-buru.
Nikmati saat-saat Anda menemani si kecil belajar. Masa ini tidak akan
pernah kembali lagi. Sayang bila Anda lewatkan.***
Foto: Pexels/ Alexander Podvalny
#mengajarianakdisiplin
#mendampingianakbelajar
#caramendisiplinkananak
#agaranakbisadisiplin
#agaranakbelajardisiplin
#membantuanakbelajar
#mendampingianak
#anak
#belajar
#disiplin
« Prev Post
Next Post »