CURHAT: Saat ini kami sekeluarga sedang sangat prihatin. Kondisi ekonomi kami benar-benar sedang berada di titik nol bahkan mungkin lebih tepat di titik minus.
Usaha kami saat ini betul-betul macet. Berbagai upaya sudah kami lakukan untuk keluar dari masalah finansial, tapi makin hari malah kondisi makin tak menentu.
Syukurnya kedua anak kami bersekolah di SMP dan SD negeri, sehingga tidak memerlukan biaya yang besar.
Namun kami masih menyewa rumah, sehingga harus menyiapkan dana setiap tahunnya untuk membayar sewa. Dan dua bulan lagi kami sudah harus membayar, tapi sampai hari ini dana belum ada. Keuangan kami hanya cukup untuk belanja kebutuhan sehari-hari.
Saya sering menyesal mengapa memutuskan keluar dari pekerjaan. Kalau tidak kan ekonomi kami tidak seburuk ini. Saya keluar dan bergabung dengan suami yang memang sejak awal sudah memilih berbisnis sendiri.
Ketika saya merasa jenuh bekerja dan asisten rumah tangga yang bisa diandalkan sulit kami dapatkan, saya pun keluar dari pekerjaan. Saya pikir dengan begitu saya bisa mendampingi anak-anak di ruman sambil membantu usaha suami.
Awalnya berjalan cukup baik. Kondisi ekonomi kami cukup lumayan. Kami bisa menyicil membeli rumah, meski agak di luar kota.
Namun beberapa tahun terakhir, usaha kami bukan makin berkembang, malah makin menurun. Yang tadinya kami memiliki karyawan sampai 5 orang, kini hanya tinggal saya dan suami yang menjalankan usaha.
Rumah yang kami cicil terpaksa kami jual, karena kami tidak sanggup lagi membayar cicilan setiap bulan. Dua mobil yang kami miliki juga harus kami lepas, antara lain untuk membayar gaji pegawai, sebelum akhirnya satu persatu kami rumahkan.
Yang amat sangat menyedihkan saya, bahkan tabungan pendidikan anak kami yang sudah saya siapkan sejak mereka masih dalam kandungan, terpaksa harus dikuras untuk membiayai biaya operasional kantor juga untuk kebutuhan sehari-hari kami.
Beruntung anak-anak kami bukan anak-anak yang menuntut, tampaknya mereka tahu kondisi orangtuanya.
Kondisi yang menekan ini membuat saya dan suami sering bertengkar. Kalau sedang tertekan, suami sering marah dengan mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan. Padahal kalau sedang kondisi biasa, dia orang yang cukup sabar dan menyayangi keluarga.
Saya pernah mengadu ke kakak ipar, kakak suami. Bukannya memberi jalan keluar, dia malah menuduh saya tidak sabar dan tidak mendukung suami yang sedang sulit.
Saya sering miris lihat di medsos milik teman yang masih memperlihatkan aktivitas mereka yang menyenangkan. Masih banyak yang bisa beli tas, sepatu dan alat make up mahal. Bahkan ada yang staycation di hotel berbintang bersama keluarga saat long weekend. Sementara kami belanja harian saja masih harus super berhemat.
Karena jarang aktif di WAG teman dan keluarga besar, mereka jadi cuek dengan kehadiran saya. Beberapa kali saya menanggapi postingan atau memberi ucapan selamat atau simpati, tidak pernah dibalas. Saya jadi sedih dan merasa malu, karena sudah tidak dianggap oleh keluarga besar dan teman-teman.
Apa ya yang harus saya dan suami lakukan untuk bisa keluar dari himpitan ekonomi ini? Apakah saya sebaiknya bekerja kembali? Apakah ada lowongan pekerjaan di masa pandemi seperti ini. Dan untuk mengurangi tekanan dan rasa tak berharga, apakah sebaiknya saya keluar dari WAG teman dan keluarga besar?
Mohon saran segera, saya betul-betul sudah tak tahu mesti ngapain. Semoga saya kuat dan tidak putus asa. Terimakasih.
Mariam D – Banyuwangi
SARAN: Pertama-tama sebaiknya Anda lakukan, tenangkan diri. Tarik napas panjang. Duduk dengan nyaman dan minum air hangat.
Anda harus menerima bahwa saat ini Anda sedang mengalami stres berat. Bila tidak segera diatasi, Anda bisa mengalami depresi. Kasihan anak-anak dan suami Anda.
Yang perlu Anda sadari, kondisi finansial seperti yang sedang Anda alami, dialami juga oleh mayoritas masyarakat di dunia. Ekonomi sedang tidak menentu karena terjangan pandemi yang berkepanjangan.
Jadi, Anda tidak perlu merasa sedih hanya karena sedang pada posisi di titik nol. Anda tidak sendiri.
Banyak orang yang pernah mengalami kondisi seperti Anda ini, namun mereka bisa bangkit dan meraih kesuksesan yang mencengangkan.
Kalau dalam bahasa motivator, Anda sekeluarga sedang menjalani ujian. Mereka yang sedang menjalani ujian mau tidak mau harus menjalaninya, agar bisa menyelesaikan ujian dengan baik.
Bila Anda terus mengeluh, merasa terjepit, merasa tertekan saat melihat orang lain sukses, maka Anda seperti menarik diri sendiri terus masuk ke dalam kubangan masalah.
Usahakan bangkit. Percayalah, semua orang memiliki ujiannya sendiri-sendiri. Yang membedakan, ada yang menjalani ujiannya dengan tenang, sabar dan iklas.
Ada juga yang merasa tidak kuat dan terus mengeluh dan ‘menghancurkan’ dirinya dengan pikiran-pikiran negatif. Akibatnya ia tidak keluar-keluar juga dari situasi yang menyesakkan.
Daripada Anda menonton postingan teman-teman yang memamerkan kekayaannya, mungkin lebih baik Anda cari channel Youtube atau IG yang memberikan motivasi. Memberikan langkah-langkah praktis untuk keluar dari kesulitan. Tetaplah jalani bisnis Anda dan suami dengan serius. Percayalah tidak pernah ada usaha yang sia-sia.
Mengenai teman atau keluarga besar yang Anda rasakan cuekin Anda, bisa jadi saat Anda posting mereka tidak membaca atau terlewat. Nah, karena Anda sedang sensitif, masalah kecil seperti itu pun mengusik pikiran Anda. Tetaplah berada di WAG teman atau keluarga besar. Tapi sementara bersikap pasif saja dulu. Anggap saja WAG itu sekadar sebagai sumber informasi.
Lalu mengenai prilaku suami saat sedang marah. Meski Anda sakit hati dan kesal, maafkan saja. Suami Anda tampaknya tipikal pribadi yang tidak kuat pada tekanan. Ia harus mengeluarkan tekanan itu dalam bentuk ucapan/verbal. Dan ‘korbannya’ adalah orang paling dekat denganya, yakni istri dan anak. Biasanya, setelah dia mengumpat akan merasa menyesal. Karena pada dasarnya dia pribadi yang baik.
Usahakan untuk lebih mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Mengadulah sepuasnya kepadaNya. Ungkapkan semua beban hidup Anda. Niscaya Anda akan lega. Iklaslah menerima ujian. Jalani ujian ini dengan baik, agar Anda bisa segera lulus dan naik kelas.
Berikut ada 5 langkah yang sudah banyak diterapkan oleh mereka yang mengalami tekanan hidup. Hasilnya, mereka berhasil keluar sebagai ‘pemenang’ dan kehidupannya membaik: terima, hadapi, jalani, nikmati dan syukuri.
Tetap semangat. Sukses menanti Anda.***
Foto:Unsplash/ Anh Nguyen
#posisidititiknol
#kondisiekonomiminus
#ekonomikurangbaik
#hadapimasalahhidup
#tenanghadapimasalah
#tetapsemangat
#ujianhidup
#semangat
#ujian
Previous
« Prev Post
« Prev Post
Next
Next Post »
Next Post »