CURHAT:
Saya ibu dari tiga anak
usia pra remaja. Sejak beberapa waktu belakangan ini, saya merasa agak
kesulitan berkomunikasi dengan anak-anak. Mereka cenderung bicara pendek-pendek
dan kalau ditanya jawabnya seperti bergumam. Bahkan kadang sambil berlalu menjauh.
Beberapa kali saya marah ke mereka, tapi tetap saja mereka bersikap seperti
malas bicara dengan saya. Tapi lucunya kalau sama ayahnya mereka bisa bercanda
dan ngobrol akrab.
Suatu kali saya tanya ke suami saya, apa yang bisa membuat dia bisa ngobrol
akrab dengan anak-anak? Dia jawab dengan santai, “Lho kenapa? Saya ngobrol
seperti saya ngobrol sama kamu, sama teman, jadi nggak ada yang beda.” Trus waktu saya ngeluh kenapa anak-anak
kurang suka ngobrol dengan saya, dia hanya menjawab seperti ngeledek, “Mungkin
kamu ngobrolnya berat-berat, jadi anak-anak nggak sanggup nanggepinya.”
Bagaimana ya supaya bisa membuka obrolan dengan anak-anak tanpa ada
kendala? Saya ingin juga akrab dengan anak-anak, tapi selama ini yang terjadi
anak-anak seperti kalau ada perlu saja mau bicara dengan saya. Kalau tidak, mereka sibuk dengan hobi masing-masing; ada yang main musik, gambar atau main
game.
Mohon saran.
Terimakasih.
Indira Salim – Bekasi
SARAN:
Persoalan yang Anda hadapi sebetulnya umum dialami oleh para ibu yang
anaknya menginjak usia praremaja atau remaja. Mereka memang seperti memiliki
atau hidup di dunianya sendiri.
Cara pikir dan cara komunikasi mereka memang harus kita pahami, supaya kita
bisa satu frekwensi dengan mereka. Contoh sederhananya, suami Anda bisa
berkomunikasi dengan mereka tanpa hambatan, karena suami Anda bersikap seperti
teman mereka.Berarti suami Anda berada satu frekwensi dengan anak Anda, sehingga bisa nyambung.
Tanpa Anda sadari, gaya Anda tampaknya khas gaya ibu-ibu kalau berbicara dengan anak-anaknya;
cenderung mengandung perintah atau pesan dan ‘ancaman’. Misanya, “Kamu tuh ya
kalau taruh apa-apa seenaknya aja. Ayo bereskan!” Atau di lain kesempatan. “Kamu
udah ngerjain tugas belum? Cepetan kerjakan, nanti guru kamu WA Mama lagi.”
Nah, contoh komunikasi seperti itu membuat mereka merasa berhadapan dengan
Anda adalah identik dengan tugas, nasihat dan disiplin. Sedangkan dengan
ayahnya mereka lebihsantai, karena suami Anda yang tampaknya tidak ada ‘beban’
untuk menanamkan pendidikan secara lisan kepada anak-anaknya, sehingga bisa
berbicara tanpa beban dengan mereka.
Jadi, memang harus mengurangi beban dalam diri Anda sendiri bahwa anak-anak
harus begini dan begitu. Lebih baik diberi contoh saja, atau diberi aturan yang
disampaikan secara rembukan keluarga. Kalaupun ada yang absen dalam mengerjakan
tugas, bisa ditegur secara santai atau becanda, sehingga mereka tidak merasa
menjadi tertuduh.
Selain itu, usahakan jangan sok tahu atau malah tak mau tahu kalau
berbicara dengan mereka. Misalnya, “Kamu jangan main sama si S atau si Z,
karena kayaknya dia begini dan begitu.” Padahal, mungkin Anda bicara hanya mereka-reka,
tanpa data yang akurat.
Sementara kalau ditanya
sesuatu oleh mereka Anda seperti menghindar. Misalnya, “Mama, ini kenapa
begini?” Anda jawab, “Aduh, jangan tanya-tanya soal itu ke Mama deh. Mama nggak
tau, kamu tanya Papa aja.”
Nah, kalau Anda sering menjawab seperti itu, artinya Anda sendiri yang
sudah memasang tembok komunikasi dengan mereka. Akibatnya, mereka jadi malas untuk bertanya
kepada Anda. Dalam hati mereka, “Toh Mama gak akan bisa jawab.”
Mungkin, lebih baik bila Anda tidak tahu jawabnya, bisa ngeles dengan
mengatakan, “Mama belum pernah denger tuh. Coba nanti Mama cari tahu dulu ya.” Segera
setelah itu, googling deh, cari jawabannya.
Dengan begitu, anak Anda akan merasa ada kemungkinan untuk dapat
jawaban dari Mama, jadi dia akan datang lagi dan lagi ke Anda.
Semoga dengan saran ini Anda bisa lebih santai dan lebih lancar dalam
berkomunikasi dengan anak-anak Anda tercinta.***
Foto ilusitrasi: Pixabay
#komunikasidengananak
#komunikasianakremaja
#anakremaja
#masalahdengananak
#masalahremaja
« Prev Post
Next Post »