Bagaimana sebuah filosofi purba yang usianya sudah lebih dari 2000 tahun masih relevan untuk diterapkan dengan kehidupan saat ini?
Anda sedang mencari bacaan untuk mengisi waktu senggang? Buku ini sangat
disarankan. Banyak hal yang bisa kita petik dari setiap bahasan yang disajikan,
sesuatu yang selama ini mungkin jadi pertanyaan tentang kehidupan.
Judulnya memang mengandung kata “filsafat” tapi penyajiannya ringan, sehingga bisa dipahami oleh mereka yang awam di dunia filsafat. Membaca buku ini seperti
menambah suplemen untuk jiwa. Menyehatkan sekaligus menguatkan jiwa yang mungkin
nyaris lemah terhantam beragam ujian kehidupan.
Buku filsafat yang disajikan dengan bahasa yang mengalir dan renyah, bisa dinikmati sambil menyeruput secangkir cappuccino.
Praktis dan relevan
Topik filsafat selalu berkesan berat dan menawang-ngawang. Sehingga banyak
orang yang menghindar begitu disodori buku yang membahas atau berkait dengan
filsafat. Hidup sudah berat, ngapain sih makin ditambah rumit dengan
kalimat-kalimat filsafat yang muter-muter dan mengawang-ngawang, begitu umumnya
pendapat masyarakat awam. Kata filsafat memang banyak membuat orang alergi
duluan.
Namun semua anggapan tersebut sirna saat membaca buku ini. Penulis berhasil
menyajikan tulisan yang bertema filsafat dengan cara ringan dan gampang dicerna.
Kita seperti sedang membaca sebuah novel kehidupan, namun dibumbuhi saran dan
solusi untuk problem yang sering menghadang banyak orang.Kutipan dalam buku Filosofi Teras; menjelaskan mana yang di bawah kendali kita dan yang tidak.
Penuturannya selalu dikaitkan dengan masalah yang umum dialami oleh kita
semua. Sangat relevan dengan kehidupan masa kini dan sarannya pun cukup praktis
untuk diterapkan dalam keseharian.
Pengalaman pribadi penulis
Dalam prakata, penulis menceritakan latar belakang mengapa ia memutuskan menulis
buku ini.
Suatu ketika ia menemui seorang psikiater dan ketika sang psikiater mengatakan
bahwa penulis mengalami Major Depressive Disorder,
tentu saja sangat mengejutkan. Seperti disambar petir, begitu tulisnya. Kalau
diterjemahkan dalam bahasa awam, penulis mengalami depresi.
Beberapa waktu sebelum menemui psikiater, penulis memang mengalami
kemurungan yang tidak bisa dijelaskan. Penulis merasa diganggu pikiran-pikiran
mendung yang tidak bisa dijelaskan selalu pemicunya. Bawaannya selalu sedih dan
negative thinking. Walaupun penulis
berusaha untuk menyembunyikan suasana hatinya yang peluh kegalauan itu di depan
orang-orang sekitarnya, tetap saja mereka merasa ada yang tidak beres dengan
dirinya.
Nah, berawal dari kondisi kejiwaannya itulah penulis, selain menjalani
pengobatan secara medis, juga mencari alternatif solusi. Dan bertemulah ia
dengan buku tentang Stoisisme, yang kemudian ia terjemahkan menjadi Filosofi
Teras. Sebuah filosofi purba dengan usia sekitar 2.300 tahun.
Terapi tanpa obat
Secara singkat penulis mengungkapkan bahwa berkat Filosofi Teras
kehidupannya berubah drastis. Ia seperti menemukan sebuah terapi tanpa obat
yang bisa dipraktekkan seumur hidup.
Filosopi Teras sangat membantu penulis merasa lebih tenang, damai dan tidak
mudah stres serta marah-marah. Efek yang dirasakannya setelah mempelajari
Stoisisme begitu positif, bahkan terapi obat dari sang psikiater pun bisa
dihentikan lebih awal dari yang diperkirakan. Hal itu karena perbaikan sikap
dan mental yang ia rasakan secara signifikan.
Buku ini juga bagus disarankan untuk dibaca generasi milenial agar mentalnya lebih tangguh. |
Mungkin dengan membaca buku ini—memahami Stoisisme yang sudah ‘disederhanakan’
penjabarannya dalam buku Filosofi Teras, dengan bahasa yang mudah
dicerna, mereka akan mendapat pencerahan sehingga membuat hidupnya lebih baik.***
M-K
Judul buku: FILOSOFI TERAS
Filsafat Yunani-Romawi Kuno untuk Mental Tangguh Masa Kini
Penulis: Henry Manampiring
Penerbit: Penerbit Buku Kompas/November 2019
Foto: MWDC
Tags:
#bacaanbermutu
#filsafatkehidupan
#solusikehidupan
#filsafatuntukawam
« Prev Post
Next Post »