Curhat:
Saya dan suami baru menikah sekitar 2 tahun. Belum dikarunia anak. Suami bekerja di sebuah perusahaan properti. Sedangkan saya punya toko online. Saya lebih banyak bekerja dari rumah.
Hubungan kami baik-baik saja. Namun ada yang menganjal di hati saya. Suami saya suka membual, kalau bicara suka berlebihan. Bicaranya besar sekali. Terutama kalau di depan orang yang baru dia kenal. Misalnya, ketemu keluarga jauh di acara keluarga. Dia pernah bilang kalau kami akan berlibur ke luar negeri dalam waktu dekat. Kalau punya anak mau disekolahkan di sekolah internasional dan kuliah harus di luar negeri.
Di lain waktu, dia bilang ke teman-teman saya kalau dia akan resign dan akan membesarkan bisnis saya. Kebetulan ada seorang kakak iparnya (suami kakaknya) yang pebisnis sukses. Suami saya cerita-ceria kalau kakak iparnya itu akan mengajak kami kerjasama. Padahal semua omongannya itu tidak benar. Semua hanya bualannya. Yang tersiksa saya, karena dia saat sedang bercerita besar itu selalu meminta persetujuan saya, "Benar kan Ma, kita... bla...blaa..." Saya jadi risih dan serba salah. Mau diiyakan, itu jelas-jelas hanya omongan dia. Sedangkan kalau saya tidak mendukung omongannya itu, saya seperti meremehkan suami.
Saat pandemi ini saya merasa aman, karena jarang ada pertemuan keluarga, artinya saya terbebas dari tekanan omongan suami.
Mohon saran, apa yang harus saya lakukan untuk mengurangi omong besarnya? Dan bagaimana saya harus bersikap saat dia minta persetujuan saya saat sedang membual, supaya saya tidak membuat dia malu?
Dea - Palembang
Saran:
Dari penuturan Anda tampaknya suami Anda sedang dalam krisis percaya diri. Dia membutuhkan pengakuan bahwa dia hebat. Dia harus menceritakan hal-hal yang spektakuler untuk bisa diakui oleh lingkungan barunya.
Kebiasaan membual memang sulit utuk dihentikan. Membual mirip dengan perilaku narsistik. Mereka yang narsistik biasanya merasa bahwa dirinya memiliki pencapaian yang luar biasa dan merasa bangga secara berlebihan pada dirinya. Meskipun pada kenyataannya pencapaian yang dia miliki biasa saja.
.Mereka saat bicara besar itu seperti tidak sadar. Makin ada yang menanggapi makin menjadi bualannya. Dia akan merasa puas kalau orang terkagum-kagumg dengan apa yang dia bicarakan.
Saat dia sedang menbual di depan orang, cobalah ubah topik pembicaraan. Ceritakan tentang hal lain yang sedang hangat dibicarakan saat itu. Dengan demikian suami Anda akan berhenti membual. Kalau dia malah terinspirasi untuk membual hal lain dengan topik yang Anda angkat? Anda bisa pelan-pelan pamit dan menghindar dari dirinya.
Sesekali saat sedang berdua, Anda coba ceritakan soal seseorang -- boleh teman atau pesohor yang dia juga kenal-- bahwa orang tersebut ternyata suka bicara besar. Dan bikin sebal orang yang dengar. Lalu minta pendapat dia, apa yang akan dia lakukan kalau menghadapi orang seperti itu.
Boleh juga, sesekali Anda yang membual. Lihat reaksinya. Kalau dia merasa jengkel atau bosan, Anda bisa bilang, "Oh maaf, saya terlalu lebay ya? Jangan bahas itu lagi ah."
Namun, ada sisi positif yang bisa Anda lihat juga dari kebiasaan suami Anda.
Mungkin Anda tahu ada ungkapan: ucapan adalah doa. Atau ada juga the law of attraction yakni hukum ketertarikan atau tarik menarik. Kalau kita sering mengungkapkan keinginan kita maka itulah yang akan hadir dalam kehidupan kita.. Kalau Anda lihat suami orang yang tekun, tidak gampang menyerah, bisa jadi semua yang dia bualkan itu adalah bentuk dari cita-citanya. Semoga suatu saat bisa terwujud!
Ilustrasi: Pixabay
« Prev Post
Next Post »