Berapa gaji Anda? Mungkin jawabannya bisa beragam, tergantung situasi dan kepentingan. Umumnya sih banyak yang berkeberatan untuk mengungkapkan angka real -nya. Malu. Begitu alasannya. Malu, karena jumlahnya yang tidak seberapa, atau bisa juga malu karena takut dianggap boros. Masa gaji begitu besar sampai hari ini masih belum punya apa-apa? Nah.
Ada joke yang viral sejak jaman old di kalangan karyawan: gaji saya sih 9 koma. Wah, lumayan, dong. Iya memang. Tanggal sembilan keuangan sudah 'koma'....
Bisa dipastikan, tidak ada seorang pun yang ingin kondisi keuangannya selalu koma. Hanya sehat di hari 'H' gaji ditransfer. Besok, bahkan mungkin sore hari nya, sinyal saldo minus sudah mulai kedap-kedip. Namun, entah kenapa kondisi tak nyaman itu terus bertahan, berlangsung terus dan terus. Tanpa ada solusi yang melegakan. Berbagai upaya untuk melakukan mengetatan sudah dilakoni, tetap saja kondisi tidak membaik. Yang ada malah makin parah.
Berikut ada bebaerapa tips yang mungkin bisa dicoba. Ditanggung kalau diterapkan secara konsisten bisa memperbaiki kesehatan keuangan Anda.
1. Hanya perlu satu barang? jangan masuk swalayan!
Masuk ke swalayan niatnya hanya ingin beli sabun cair. Apa daya ketika keluar swalayan yang dijinjing di dalam tas plastik lumayan beragam: roti tawar, selai stroberi, kripik pedas, kapas kecantikan, minuman dingin, shampoo, tisue, coklat dan...satu sabun cair ukuran mungil!
Memang, mungkin semua perlu. Tapi, hari itu sebetulnya barang yang seharusnya dibeli tidak sebanyak itu. Sabun cair tidak bisa ditunda, karena sudah habis. Tapi temannya yang di dalam tas swalayan itu sebetulnya nggak atau belum perlu-perlu amat, kan? Iya, sih. Tapi kan sekalian, mumpung lagi ke swalayan.
Itu dia, kata: mumpung ke swalayan, adalah salah satu yang bikin kondisi keuangan berbahaya. Asal tau saja, pasar swalayan itu sangat memahami psikologi konsumen. Mereka pajang dan tampilkan produk sedemikian rupa menariknya, sedemikian dekatnya dengan kita, sehingga tangan kita sangat mudah menjangkau semua barang. Akibatnya, semua terasa memanggil-manggil untuk dipindahkan ke keranjang belanjaan yang kita. Rasa menyesal karena sudah merogoh dompet lebih dalam dari yang direncanakan mungkin sempat melanda dada, tapi segera ditepis dengan: ah, semua yang dibeli kan berguna.
Jadi, bagaimana cara mengurangi situasi tak menguntungkan ini? Kalau memang hanya satu atau dua macam yang perlu dibeli, bila memungkinkan belanja saja di warung dekat rumah. Nggak ada warung? Titip teman atau saudara yang mau belanja ke swalayan.Cara lain: gunakan aplikasi belanja online.
2. Bawa dompet khusus saat belanja di pasar tradisional
Akhir pekan punya waktu luang. Mari belanja ke pasar trasional. Selain murah meriah, juga bisa berkomunikasi dengan pedagang yang beragam karakternya.
Tambahan lagi, belanja di pasar tradisional itu salah satu terapi stres. Bisa memilih-milih langsung sayur mayur serta buah yang segar tanpa terteror oleh harga yang menyesakkan. Karena kita bisa membeli sesuai kebutuhan saja dan umumnya harganya masih lebih murah ketimbang pasar swalayan. Lebih afdol lagi kalau sambil mengajak anak-anak tercinta. Memperkenalkan kepada mereka berbagai sayuran dan bumbu dapur khas Indonesia yang amat beragam. Sehingga si kecil bisa mengenal apa beda antara merica dan ketumbar, perbedaan lengkuas dan jahe.
Meski belanja di pasar tradisonal lebih hemat, namun tetap saja bisa menguras dompet bila tidak memahami aturan mainnya. Sama seperti di swalayan, kemungkinan untuk tergoda membeli barang-barang yang belum diperlukan tetap ada. Rencana hanya belanja sayuran dan ikan, yang ditenteng pulang bisa jadi sepuluh macam. Mulai dari pisang, jeruk lemon, keset kamar mandi sampai stoples plastik.
Untuk menghindari kejadian tak terduga itu, sebaiknya apa yang mau dibeli dicatat. Dan, ini yang penting, jangan membawa dompet yang berisi semua uang belanja yang ada. Tapi gunakan dompet lain yang diisi dengan uang secukupnya, sesuai rencana belanja. Kalau pun uangnya habis, tidak mengganggu stabilitas keuangan bulanan.
3. Nikmati kendaraan umum
Menggunakan kendaraan pribadi ke kantor memang lebih nyaman sekaligus prestisius. Namun, kenyamanan memang ada harganya. Selain pengeluaran membengkak untuk bahan bakar dan parkir, juga cenderung menggiring kita untuk tidak langsung pulang seusai jam kantor.
Nunggu kemacetan berkurang, parkir dulu di kafe. Yang tadinya nggak niat ngopi jadi merasa perlu ngopi sambil ngisi waktu. Akibatnya, dompet yang seharusnya aman sampai akhir bulan, terpaksa menjerit di tengah bulan.
Bila menggunakan kendaraan umum, kemungkinan menekan pengeluaran sangat banyak. Pengen langsung pulang, takut kendaraan keburu padat. Menggunakan e-money untuk membayar kendaraan umum, sehingga tidak harus mengeluarkan uang cash setiap saat.
4. Miliki alat transaksi non tunai
Jaman now rasanya sudah nggak perlu membawa uang cash di dompet. Bayar apa pun sudah pakai kartu debet ataupun e-money. Jadi tak perlu menyelipkan berlembar-lembar uang ratusan ribu di dompet kalau mau berbelanja, kecuali belanja di pasar trasional atau makan di warung pinggir jalan.
Setiap pribadi atau keluarga pasti memiliki pos-pos pengeluaran rutin yang harus dibayarkan setiap periode tertentu. Misalnya, pos belanja bulanan (groceries shopping), pos transportasi sehari-hari, pos pembayaran tagihan rutin, pos entertainment rutin seperti menonton film atau makan di restoran.
Dari daftar pengeluaran rutin tersebut, Anda bisa memilih mana yang memiliki kanal pembayaran nontunai. Misalnya, untuk groceries shopping, bisa memakai alat pembayaran seperti kartu debit atau kartu kredit. Sedangkan untuk transportasi harian, bisa memakai e-money untuk busway atau KRL bila Anda memakai transportasi publik. Pos pembayaran rutin juga bisa Anda lakukan nontunai. Pastikan pos-pos pengeluaran rutin tersebut memiliki kanal atau platform pembayaran nontunai, saatnya mengunduh aplikasinya.
Apa saja bentuk alat transaksi non tunai? Ada cukup banyak bentuk. Antara lain, kartu debit, kartu kredit, e-money atau uang elektronik, alat bayar transaksi nontunai melalui smartphone seperti Tap Cash, Sakuku, Dompetku, platform lain seperti Go-Pay, GrabPay, ada juga Jenius, Paypal, Doku, dan lain sebagainya.
Semakin banyak kehadiran alat transaksi nontunai memang memberikan kepraktisan. Anda juga akan lebih mudah mencari jejak histori transaksi di masa yang sudah lampau.
5. Sediakan kopi sachet di laci
Hobi ngopi? Mulai sekarang siapkan selalu kopi sachet di laci meja kerja, jadi begitu keinginan ngopi datang tak perlu berjalan ke gerai kopi di dekat kantor. Cukup buka laci dan ngopi.
Saat berangkat ke kantor juga sediakan kopi hangat di termos kecil. Macet dan pengen ngopi, tinggal teguk. Nyaman. Dompet pun aman terkendali.
6. Sisihkan tabungan di awal gajian
Buat satu akun bank yang khusus untuk tabungan. Begitu gaji masuk yang pertama kali harus Anda lakukan adalah mentransfer sejumlah tertentu ke rekening tabungan tersebut. Kalau bisa jumlahnya tetap setiap bulan. Lebih besar di bulan berikutnya dan berikutnya, akan lebih baik. Yang sebaiknya tidak dilakukan adalah mengurangi jumlahnya.
Usahakan rekening tabungan ini tidak dilengkapi dengan ATM atau M banking. Dan anggap uang sudah terpakai, sehingga tidak ada keingingan untuk menyentuh tabungan ini di saat tanggal-tanggal kritis. Kuatkan hati dan niat, sehingga tabungan bisa aman sampai waktu yang Anda tentukan untuk 'menuai'nya. (MH -C3) Foto: Istimewa
Previous
« Prev Post
« Prev Post
Next
Next Post »
Next Post »